Inilah Penyakit yang Membutuhkan Transfusi Darah – Salah satu hal yang paling di takuti banyak orang adalah penyakit, penyakit dapat membuat orang menjadi sangat tersiksa dan tidak dapat melakukan banyak hal yang harus di kerjakan. Transfusi darah dilakukan melalui jalur intravena. Prosedur ini kadang diperlukan setelah individu mengalami cedera atau pembedahan yang menyebabkan kehilangan darah dalam jumlah besar. Beberapa orang juga butuh transfusi darah rutin karena adanya kondisi medis tertentu.
Donor darah yang dilakukan untuk merawat penyakit tertentu disebut terapi transfusi. Terkadang, penyakit dapat membuat tubuh sulit memproduksi darah yang sehat, sehingga penderitanya butuh terapi transfusi. Di bawah ini akan dijelaskan beberapa kondisi disease yang mungkin membuat penderitanya perlu mendapatkan transfusi darah.
Hemofilia
Hemofilia ialah kelainan pendarahan bawaan yang membuat seseorang kekurangan atau memiliki tingkat protein pembekuan yang rendah, sehingga darah tidak dapat membeku dengan baik. Akibatnya, pengidapnya mudah mengalami pendarahan dan darah yang keluar butuh waktu lebih lama untuk membeku. Kondisi ini sebenarnya cukup langka, tetapi dapat menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa.
Dilansir Healthline, dokter biasanya mengobati hemofilia A dengan resep hormon, yang disebut desmopresin. Obat ini diberikan melalui suntikan ke pembuluh darah dan bekerja dengan merangsang faktor-faktor yang bertanggung jawab untuk proses pembekuan darah. Sementara itu, hemofilia B diobati dengan memasukkan darah dengan faktor pembekuan donor. Orang dengan hemofilia kadang juga membutuhkan donor darah pada beberapa titik dalam hidupnya.
Anemia sel sabit
Anemia sel sabit atau yang juga disebut penyakit sel sabit merupakan penyakit genetik yang terjadi pada sel darah merah. Normalnya, sel darah merah berbentuk seperti cakram, yang memberi mereka fleksibilitas untuk terdistribusi hingga melewati pembuluh darah terkecil. Namun, pada anemia sel sabit, sel darah merah memiliki bentuk seperti bulan sabit. Akibatnya, sel darah merah menjadi lengket dan kaku dan rentan terjebak dalam pembuluh kecil, yang mencegah darah mencapai bagian tubuh yang berbeda.
Terdapat sejumlah perawatan yang tersedia untuk anemia sel sabit, salah satunya adalah transfusi darah. Transfusi darah meningkatkan transportasi oksigen dan nutrisi sesuai kebutuhan.
Gagal ginjal
Seperti yang dijelaskan di laman Hull University Teaching Hospitals, salah satu komplikasi dari gagal ginjal adalah anemia. Enam dari sepuluh pasien gagal ginjal tahap akhir atau penyakit ginjal kronis mengalami anemia. Jika anemia tidak membaik, maka tubuh mungkin tidak memiliki cukup oksigen.
Sebagai akibatnya, beberapa pasien gagal ginjal mungkin membutuhkan transfusi darah. Ini diberikan selama sesi hemodialisis.
Penyakit hati
Transplantasi hati merupakan salah satu pengobatan yang banyak dipilih untuk pasien dengan penyakit hati stadium akhir. Transplantasi hati orthotopic dilakukan dengan mengganti hati yang sakit dengan hati yang sehat dalam posisi anatomi normal. Namun, perdarahan yang luas dapat terjadi pada pasien penyakit hati dengan hipertensi portal, mengutip MedScape.
Kehilangan darah yang signifikan pada saat transplantasi hati telah diobati dengan transfusi alogenik dan autologus dari sel darah merah, plasma beku segar, trombosit, dan kriopresipitat. Obat-obatan diberikan bersama dengan produk darah, untuk membantu memperbaiki kelainan metabolisme dan koagulasi.
Anemia kronis
Pada individu dengan anemia, darah tidak dapat membawa oksigen dalam jumlah cukup ke sel-sel di seluruh tubuh. Ini terjadi karena tidak ada cukup darah atau sel darah merah yang kaya hemoglobin untuk mengangkut oksigen.
Pengobatan untuk anemia bermacam-macam, tergantung pada tingkat keparahannya. Menurut penjelasan di laman Hematology-Oncology Associates of CNY, apabila anemia defisiensi besi cukup parah, pasien mungkin diobati dengan transfusi sel darah merah. Sel darah merah membantu mengatasi gejala anemia dengan memberikan sumber zat besi yang bisa digunakan oleh tubuh.